Giung, Lebay, Too Much!

Bagi Anda yang tidak mengerti bahasa Sunda, giung adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan rasa ngilu yang terasa di gigi akibat rasa manis yang berlebihan. Ketiga kata di atas punya makna yang sama: berlebihan.

Segala sesuatu yang berlebihan memang tidak baik. Sama halnya di dunia pemasaran. Promosi, misalnya. Sama seperti makanan, harus ditakar waktu, dosis dan rasanya. Makan dengan sambal memang sedap, tapi makan dengan sambal yang berisikan 15 batang cabai merah, 3 kali sehari, bisa membuat perut Anda melilit.

Seorang teman saya belakangan ini sering membuat perut teman-temannya melilit karena ia terlalu sering menawarkan produknya dengan posting status di Facebook. Bahasa yang digunakan pun kurang taktis, agak mengingatkan saya pada tukang obat di pasar. Padahal, target pasar bagi produk yang ia tawarkan adalah pekerja kerah putih. Harga produknya pun premium. Ibaratnya, yang ia lakukan adalah menawarkan mobil BMW seri 5 dengan iklan baris di Pos Kota.

2-3 kali posting, beberapa hari dalam seminggu masih bisa ditolerir. Tapi posting tentang hal yang sama, dengan cara blak-blakan yang sama hingga 10 kali, *setiap* hari? Komentar teman-temannya: giung, lebay, too much! Saya khawatir lama-kelamaan kebiasaan ini akan menjadi bumerang buat usahanya.

Marketing membutuhkan kehalusan strategi (subtlety) dan keahlian taktis (finesse) agar hasilnya dapat bertahan lama. Lebay? No, no, no (kecuali jika ini memang bagian dari strategi jangka pendek Anda untuk mengusik keingintahuan orang).

Tags: , ,

Leave a comment